Recent Posts

Kamis, 20 Januari 2011

Pulau Bokori Akan Hilang , Khayalan dan Impian Yang Tersisa


BOKORI - Pulau Bokori itu ramai sekali. Penduduknya padat .di diami oleh suku Bajo.  ikan nya banyak nanti mau makan baru memancing atau pasang pukat di belakang rumah tempat tinggal . pulau nya luas , ada lapangan sepak bola di tengah Pulau dan perkuburan yang begitu luas . di tengah Pulau ada semacam kolam dengan berbagai macam ikan dan penyu yang di pelihara oleh masyarakat. Bahkan anak-anak bermain bersama penyu dengan menaiki penyu tersebut dan mereka berpegang di belakangnya dan di bawa oleh spesies yang langka tersebut ke dalam air. Di waktu-waktu tertentu anak-anak dan orang tua terkadang menjaga telur telur penyu tersebut untuk di jadikan alat bermain bahkan di konsumsi.   Untuk jalan mengitari pulau yang berbentu O tersebut sangat susah untuk di tempuh karena terlalu jauh, untuk sampai ke bagian sebelah pulau tersebut hanya dapat di tempuh dengan menggunakan perahu melalui Kallungan  (  semacam Kolam yang ada di tengah Pulau ) . jika mau menonton hanya ada beberapa TV hitam putih yang di miliki oleh warga yang mampu secara ekonomi.

Cerita di atas hanyalah merupakan gambaran dari kondisi pulau Bokori puluhan tahun yang lalu . cerita yang aku dapatkan dari kakak- kakak saya atau orang-orang tua yang merasakan bagaimana keceriaan dan kenyamanan mereka di saat masih mendiamai pulau bokori .

Aku Lahir di tahun 1986 , dari cerita orang tua ku , bahwa baru berumur empat bulan kami sudah di pindahkan dari Pulau Bokori ke Daratan mekar. Konon katanya itu merupakan pemindahan pertama yang di lakukan oleh pemerintah dengan memindahkan 10 KK . Pemerintah saat itu memberikan pemahaman kepada warga , bahwa penduduk harus di pindahkan karena Bokori akan tenggelam dan sudah sangat padat. Pemerintah juga menyampaikan bahwa pulau ini akan di jadikan tempat dan tujuan wisata. Dari pemindahan tersebut , pemerintah memberikan bantuan seng dan perumahan kepada warga yang akan pindah ke daratan.  Proses pemindahan pun berlangsung tahap demi tahap. Namun langkah yang pasti di tempuh oleh pemerintah sehingga dalam beberapa tahun Pulau Bokori hampir tidak ada lagi rumah warga .

Dalam ingatan ku , di waktu aku masih kecil bahkan saya sudah masuk Sekolah Dasar selalu banyak pengunjang yang datang ke pulau yang berpasir putih tersebut. Pulau itu ternyata di jadikan tempat pariwisata oleh pemerintah . banyak kita lihat turis asing dari manca negara maupun pengunjang lokal yang datang dari sekitar pulau tersebut. Dapat kita lihat bagaimana para tamu di jemput dengan ritual adat suku Bajo. Taria-tarian dan suara gendang yang di iringi dengan pencak silat akan tersaji dalam penyambutan tamu-tamu di pulau itu.

Masih dalam memori kecilku  , pernah juga di adakan Festival Teluk kendari , yang tahun aku tidak tahu lagi tapi mungkin sekitar tahun 1990an. Banyak sekali pementasan budaya di tunjukkan , lomba memancing ikan sori secara tradisional dengan menggunakan Saroko’ (  menggunakan layang-layang ) di perlombakan , dan banyak lagi atraksi budaya yang di pertontonkan sebagai keanekaragaman budaya bangsa sebagai penarik wisatawan lokal dan mancanegara untuk sumber pendapatan pemerintah.

Aku juga mengingat , bahwa di pulau yang pasir nya putih ini,  ada aula besar yang di jadikan sebagai tempat pertunjukan dan pertemuan . banyak fasilitas yang di bangun oleh pemerintah , tanggul batu, dermaga , bak penampungan air dan banyak lagi fasilitas yang di peruntukkan bagi para wisatawan yang akan menghilangkan kepenatan kota.  banyak pohon kelapa dengan buah yang banyak serta di antara satu pohon dengan pohon yang lain di buatkan tempat duduk yang bisa di jadikan tempat peristrahatan bagi para pengunjung . Pohon cemara yang rimbun dengan keciuan burung menambah keindahan dan panorama alam yang di berikan oleh pulau yang masuk dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Kendari  ( sekarang Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara ) .

Namun , cerita di atas hanyalah kenangan yang sempat aku dapatkan di waktu kecilku , saat ini kondisi tersebut tidak lagi bisa kita dapatkan dan nikmati. Pulau Bokori  . Tak ada lagi bangunan SD. Kolam yang ada di tengah pulau tidak lagi kita dapatkan seperti dulu , tidak banyak lagi ikan apalagi penyu yang di pelihara dan bertelur.
Tak ada lagi dermaga dan tanggul yang di jadikan sarana untuk menurunkan pengunjung dan penahan ombak.

Kuburan yang dulu berada di hampir di tengah pulau kini telah berada sekitar lima puluh ( 50 ) meter dari pinggir pantai pulau  alias sudah berada di laut, bahkan bisa kita lihat tulang-tulang manusia dan kain kafan yang sudah muncul ke permukaan pasir.  Rindangnya pohon cemara dan banyaknya pohon kelapa yang dulu bisa kita lihat sekarang hanyalah bebarapa pohon dan sisa – sisa batang yang telah tumbang, itu semua di sebabkan oleh abrasi dan terutama oleh orang-orang yang merasa tidak memiliki tehadap pulau asal-usul dari masyarakat bajo yang ada di daratan kecamatan soropia ini.  Pasir yang putih dan batu karang sekarang tidak lagi seperti keindahan dulu yang bisa kita saksikan , yang ada hanyalah kerusakan dan pengambilan batu karang dan pasir oleh warga yang sekarang ada di daratan untuk keperluan pribadi mereka.

Mungkin , betul kata pemerintah bahwa warga di pindahkan karena pulau Bokori akan tenggelam seperti sekarang ini, tapi kenapa dulu ada wisata ?  , bangunan pemerintah untuk mengembangkan  sektor pariwisata di buat di sana ? . bahkan ada Villa Mewah di bangun sebagai tempat peristrahatan ( Alm Laode Kaimuddin ) yang notabene waktu itu adalah Gubernur Sulawesi Tenggara. . kenapa tidak di kembangkan sampai hari ini  ? padahal  dulu sudah terkenal sampai ke mancanegara dengan di tandai datangnya turis asing.

Kenapa pula warga yang ada di daratan merusak dan mengambil kayu, batu karang serta  pasir yang ada di pulau tersebut , padahal itu adalah tempat wisata dan pulau asal mereka dan kita semua.
Akankan di dalam perjalanan hidup kita , di dalam identitas tempat lahir kita tertulis Pulau Bokori , namun di tanya oleh generasi mendatang , di mana Pulau Bokori itu ? , jawab kita , dulu ada , penduduknya banyak , alamnya indah ,tempat wisata , asal-usul dari orang tua kalian  tapi sekarang sudah tenggelam, hanyalah tinggal kenangan dan nama yang tertulis di identitas kita.

Kalau itu yang terjadi , apa yang akan kita perbuat . Siapa yang bertanggung jawab atas ini semua ini ? ,Pemerintah kah ? . kalau pemerintah apakah mereka bisa melihat, Kabupaten Konawe misalnya sebagai daerah administrasi dari pulau bokori, apakah akan membiarkan kehilangan satu pulau sehingga luas wilayahnya berkurang, dan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam hal ini dinas Pariwisata, tidak adakah niat baik untuk menengok kembali pulau yang paling dekat dengan Kendari ibu kota provinsi ini. Dan kepada warga yang terlahir, hidup dan pernah bermukim di sana, tidak adakah beban moral untuk melihat kembali tempat kita lahir dan mengenal hidup dan peradaban. Apakah kita akan membiarkannya , atau kah kita bisa selamatkan sehingga tidak hanya tinggal nama dan kenangan. (Parman Bajo Bangkit)

Senin, 17 Januari 2011

Kampus Fisip Unhalu Jadi Gersang

Kendari - Kampus Hijau Bumi Tridharma semboyan yang selalu didengungkan oleh seluruh Civitas Akademika Universitas Haluoleo (Unhalu) Kendari, suatu kebanggaan  kampus tercinta Unhalu yang merupakan kampus terbesar di Bumi Anoa Sulawesi Tenggara menjadi ikon kampus hijau apabila eksistensi itu tetap dipertahankan. Dimana didalamnya ada kenyamanan tersendiri yang dirasakan oleh semua pihak secara menyeluruh baik itu dosen, staf, security, mahasiswa dan seluruh lapisan yang ada dalamnya.

Sangat memprihatinkan eksistensi ikon kampus hijau tidak bisa dipertahankan untuk Fakultas Ilmu Social dan Ilmu Politik (Fisip) Unhalu. Berbeda dengan fakultas lain yang mana tetap memelihara keberadaan pohon sebagai pelindung dari radiasi sinar matahari secara langsung atau sebagai tempat refresing, kumpul bersama, pelepas penat bagi mahasiswa kalau merasa jenuh dalam ruangan. Tetapi untuk kawasan Fisip semua pohon yang dulunya sangat rindang dengan pohon-pohon  sekarang sangat pemprihatinkan, mengapa tidak pohon pelindung yang Selama ini berdiri tegak sekarang rata dengan tanah tidak ubahnya seperti pembalakkan liar dihutan lindung.

Melihat fenomena ini tidak sedikit dari kalangan mahasiswa Fisip Unhalu mengeluh tetang kondisi kampus yang setiap harinya semakin panas. “birokrasi yang ada di fisip ini tidak konsisten dengan semboyan kampus hijau, pohon saja ditebang padahal keberadaan pohon juga sangat bermanfat sekali buat kita semua” tutur Rahmat salah satu mahasiswa Fisip. Kemudian Nining menambahkan “seharusnya kalau mau tebang pohon jangan tebang yang ada di pelataran kampus ini akan lebih bagus pohon yang di belakang sana aja yang ditebang toh tidak ada manfaatnya juga secara langsung ketimbang yang ada di sekitar  kampus ini” ungkapnya. (Ekeng KH)

RTRW Ancaman Bagi Taman Nasional Rawa Aopa Watumohae

Oleh : IBRAHIM SK
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohae memiliki luas wilayah 105.194 ha. Secara administratif termasuk wilayah Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Bombana dan Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis Taman Nasional ini terletak antara 121(44'-122(9' BT dan 4(22' - 4( 39' LS dengan ketinggian antara 0-981 m dpl.Kawasan yang di tetapkan sebagai Taman Nasional berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 756/kpts-II/1990. Sejak tahun 1985 s/d 1987 dengan panjang luasan 105.194 km terletak di empat wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Konawe, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Bombana.

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan pegunungan rendah, hutan bakau, hutan pantai, savana, dan hutan rawa air tawar di Sulawesi.
Dari luasan wilayah Taman Nasional Raw, memiliki potensi penyangga keberlanjutan ekosistem di sekitarnya, misalnya penyangga ketersedian air. Selama ini TN Raw merupakan penyedia kebuthan air bagi ekosistem di dalam dan sekitarnya, termasih msarakat yang bermukim di sekitas kawasan.

Kawasan ini juga menjadi habitat berbagai jenis burung, tercatat 155 jenis burung ada di dalamnya, 32 jenis diantaranya tergolong langka dan 37 jenis tergolong endemik. Burung-burung tersebut antara lain maleo (Macrocephalon maleo), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), bangau sandang lawe (Ciconia episcopus episcopus), raja udang kalung putih (Halcyon chloris chloris), kakatua putih besar (Cacatua galerita triton), elang-alap dada-merah (Accipiter rhodogaster rhodogaster), merpati hitam Sulawesi (Turacoena manadensis), dan punai emas (Caloena nicobarica), Terdapat satu jenis burung endemik di Sulawesi Tenggara yaitu kacamata Sulawesi (Zosterops consobrinorum). Burung tersebut tidak pernah terlihat selama puluhan tahun yang lalu, namun saat ini terlihat ada di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

Jenis primata yang ada yaitu tangkasi/podi (Tarsius spectrum spectrum) dan monyet hitam (Macaca nigra nigra). Satwa langka dan dilindungi lainnya seperti anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis), anoa pegunungan (B. quarlesi), soa-soa (Hydrosaurus amboinensis), kuskus kerdil (Strigocuscus celebensis celebensis), rusa (Cervus timorensis djonga), babirusa (Babyrousa babyrussa celebensis), dan musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii).Vegetasi savana di taman nasional ini memiliki ciri khas dan keunikan, karena merupakan asosiasi antara padang rumput dengan tumbuhan agel, lontar dan bambu duri serta semak belukar, juga tumbuhan di sepanjang sungai-sungai yang mengalir di padang savana tersebut.


Dilihat dari potensi Pariwisata Kawasan ini memiliki Pulau Harapan Terletak di tengah-tengah Rawa Aopa, untuk melihat panorama alam rawa, burung air yang sedang mengintai ikan, dan bersampan.Pantai Lanowulu. Bersampan di sepanjang sungai menuju pantai, hutan bakau, berenang, dan wisata bahari.Gunung Watumohai. Pendakian dan berkemah. Di lereng gunung tersebut terdapat padang savana untuk melihat ratusan ekor rusa yang sedang merumput, burung-burung, dan satwa lainnya.

Dari keanekaragaman yang di miiliki oleh Taman Nasional Raw, kini terancam keberadaanya dengan hadirnya Rencana Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara (RTRW). Luas hutang yang menjadi usulan Tim Terpadu seluas 606.448 ha. Dari luasan ini, di dalama termasuk Kawasan Taman Nasional Raw dengan luasan total 25,541 Ha. wilayah TN Raw yang menjadi sasaran perubahan adalah padang savana  menjadi HPK seluas 22,714 Ha dan  basala menjadi APL seluas 2.827 Ha. Peruntuka perubahan Status kawasan trsebut adalah, padang Savan akan menjadi perkebunan tebu, sedangkan basala untuk peruntukan Pemukiman dan lahan garapan.apabila usulai ii terealisasi makan akan sangat berdampak pada keberlanjutan ekosistem di dalam dan sekitar Kawasan Taman Nasional.

Ketua Balai Taman Nasional Raw (Kholiq Indarto) dengan usulan perubahan status kawasan ini tidak mengetahui dan belum pernah mengusulkan adanya perubahan status kawasan Taman Nasional Raw.Pada dasarnya pihk Taman Nasional Raw tidak sepakat adanya perubahan status kawasan Taman Nasional. Ketika di komfirmasi hasil penelitian Intitut Pertnian Bandung (IPB) tentang padang savana sangat cocok untuk perkebunan tebu, "pihak Taman Nasional tidak pernah mengetahui adanya penelitian terrsebut, sesuai mekanisme yang ada, kalau akan melakukan penelitian di Kawasan Taman Nasional harus melapor ke Taman Nasional, tapi kenyataanya selama ini kami tidak pernah menerima adanya permintaan izin untuk melakukan penelitian di kawasan padang savana."

Sementara itu salah seorang Polisi Hutan (Mursidin) saat kami temui dan melakukan wawancara di kawasan padang sapana mengatakan "Sampai kapan pun  saya tidak akan sepakat apabila terjadi perubahan status kawasan savana dan saya akan tetap mempertahankan keberadaan padang savana karena fungsinya yang begitu besar.

BTricks

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger