Recent Posts

Sabtu, 08 Januari 2011

Angkot Mogok Calon Penumpang Terlantar

KENDARI - Seluruh angkot yang beroperasi di Kota Kendari hari ini (16/11/2010) melakukan aksi mogok. Aksi mogok ini dilakukan para sopik angkot karena tarif angkot yang tidak menentu. Akibat dari aksi mogok ini sejumlah angkot yang beroperasi untuk jalur dalam kota kendari terlihat ramai terparkir di pinggir-pinggir jalan, bukan hanya itu para calon penumpang pun terlantar karena tidak dapat tumpangan.
Pada saat jam pulang sekolah contohnya, para siswa-siswi SMA dan SMP tarlihat memadati jalan saya untuk menunggu tumpangan, namun itu tudak di hiraukan oleh para sopir angkot. Akibat kondisi ini para siswa yang tidak memilih kendaraan pribadi terpaksa berjalan kaki agar bisa tiba di rumah masing-masing.

Kenapa sampai tidak jalan angkotnya pak..??? “mogok” jawabnya dengan hemat. Ujar seorang sopir angkot yang ikut mangkal bersama angkotnya. Sejumlah calon penumpang sangat menyesalkan aksi mogok yang dilakukan para sopir angkot ini.  “kalo memang tarifnya mau dinaikan ya disesuakan saja dengan para penumpang. Tutur Ija seorang calon penumpang yang juga ikut terlantar. (Ekeng KH)

Desing Yogizey

Kamis, 06 Januari 2011

Sultra : Pilih mana Hancur atau Indah...???

Komunitas Hijau

KENDARI - Ribuan bahkan jutaan orang di negeri ini menjadikan momentum tahun baru untuk melepaskan segala unek-unek yang ada dikepala, salah satu bentuknya yaitu berkunjung ke tempat-tempat wisata. Tak terkecuali di Sulawesi tenggara. Tempat-tempat wisata menjadi lautan manusia yang ingin melepas kepengatan hiruk pikuknya kota.

Namun, fasilitas objek wisata yang selama ini tempat melepas beban, masih sangat jauh dari kata memadai. Lihat saja berbagai objek wisata yang ada di bumi anoa  Sulawesi Tenggara ini, hampir semuanya terbengkalai tak terurus dan kumuh. Padahal jika kita mengkaji lebih jauh, pendapatan asli daerah yang dihasilkan dari sector pariwisata  sangat menjanjikan untuk menjadi PAD andalan Propinsi Sulawesi tenggara ini. Namun sayang pemikiran pemerintah Propinsi  untuk menjadikan sector pariwisata sebagai asset daerah yang sangat berharga sangat jauh dari kata iya. Bahkan pemerintah propinsi  seperti tikus dalam tanah yang menggorogoti bumi anoa dengan menghadirkan puluhan perusahaan tambang dengan alasan untuk meningkatkan PAD. Hubunganya dengan sector pariwisata apabila tambang beroperasi maka pencemaran tidak bisa terelahkan.

Praktis, cobalah kita bayangkan jika bumi anoa digempur oleh perusahaan-perusahaan tambang berkaliber internasional bagaimana wajah bumi anoa nanti? Papua contohnya sebagai daerah tambang emas dengan satu perusahaan tambang saja sudah hancur lebur bukan hanya dari segi lingkungan tetapi juga dari semua segi social kemasyarakatan, Apalagi puluhan perusahaan tambang! Yakinlah. Lima atau sepuluh tahun mendatang Sulawesi tenggara akan kacau balau. Jadi bagaimana menurut anda? (Tomy KH)

Rabu, 05 Januari 2011

PENYETORAN BERITA BULAN JANUARI ,TAHUN 2011

Pengaruh Media Komunitas Terhadap Struktur Sosial Masyarakat Bajo

Oleh :
IBRAHIM SK
Media komunitas adalah media yang di dirikan dari komunitas, oleh komunitas, untuk komunitas  (Undang-undang No 32 tahun 2002 tentang penyiaran dan Pperaturan Pemerintah No 51 tahun 2005 Tentang Penyelenggaran Penyiaran dan lembaga Penyiaran Komunitas).  Media komunitas di berntuk berorientari pada pembardayaan masyarakat yang terisolir dari informasi-informasi yang sangat di butuhkan oleh komunitas. Media komunitas dalam aktifitasnya bersipat swaday, di kolola oleh komunitas, tidak bersifat komersil. Selain itu media komunitas juga di bentuk untuk mengangkat isu-isu yang berkembang dalam komunitas tersebut. Kemerdekaan setiap warga masyarakat yang telah di jamin oleh undang-undang memotifasi berbagai komunitas untuk mendirikan media komunitas sebagai media perjuangan rakyat dalam melawan hegemoni media maentrem yang tidak pernah berpihak pada kepentingan rakyat lecil.
Media komunitas di Indonesia mulai di kenal pada tahun 2002 dengan lahirnya radio-radio komunitas di bandung dan Jogjakarta. Saat itulah perjuangan media komunitas melawan pengaruh media-media swasta yang kehilangan tujuannya. Sulawesi tenggara mulai mengenal media komunitas mulai tahun 2005, yakni dengan lahirnya beberapa radio komunitas di berbagai daerah, misalnya radio Suara marannu di pulau saponda, radio pasituang fm di desa mekar kacematan soropia, radio talombo fm di pulau tomia wakatobi, dan masih banyak lagi babarapa radio komunitas lain yang ada di berbagai dearah dalam lingkup Sulawesi tenggara.

Sampai saat ini perkembangan media komunitas telah menunjukan kemajuan yang begitu pesat, karena telah memiliki perhimpunan baik itu skala lokal maupun nasional, baik itu dalam bentuk radio komunitas, mejala/tabloid komunitas, video komunitas. Untuk daerah Sulawesi tenggara, pada tahun 2007 telah di deklarasikan Jaringan Radio Komunitas Sulawesi Tenggara (JRK Sultra) yang di dalamnya terdiri dari 14 radio komunitas dari berbagai kabupaten. Hal ini semakin membuat kekuatan media komunitas dalam menjalankan visi misinya dalam memenuhi kebutuhan informasi komunitasnya.  Perkembangan ini seiring sejalan dengan visi dan misi beberapa NGO yang ada di daerah ini pula, media komunitas di jadikan sebagai media kempenye bagi beberapa NGO untuk mengkampanyekan isu-isu pelestarian sumber daya alam ang ada di Sulawesi tenggara. Hal ini tentunya sebuah anggin segar untuk media komunitas, karena dalam kerja sama yang di jalankan dengan NGO tersebut, madia komunitas mendapatkan unpan balik baik itu yang bersifat penguatan kapasitas SDM dan kapasitas kelembagaan media komunitas itu sendiri.

Dalam perjalanan media komunitas di sulaweasi tenggara selama kurang lebih 5 tahun, telah banyak langkah yang telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan informasi di komunitas masing-masing. Pembinaan sumberdaya manusia bagi pengelola media komunitas adalah hal utama yang dilakukan bersama JRK Sultra. Saat ini telah di dorong program pengelolaan isu bersama bagi media komunitas se Sulawesi tenggara. Program ini bertujuan untuk menyatukan keberagaman isu dari media komunitas yang ada di sultra.

1.  Pengaruh media komunitas tarhadap perubahan struktur social masyarakat Bajo

Pada perubahan struktur sosial perubahan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak  pada masyarakat suku bajo juga terjadi pergeseran yang mengarah ke yang lebih baik. Mulanya masyarakat suku bajo tidak memiliki tempat tinggal  yang tidak menetap sehingga mereka lebih cenderung merusak laut dengan ulah mereka sendiri seperti membom, membius dan menjarah secara tidak teratur sehingga secara lambat laun laut mengalami kerusakan parah. Namun tidak ada kesadaran secara social untuk kelestarian laut untuk masa depan anak cucu mereka. Hal ini yang menjadikan masyarakat bajo pada saat itu tidak menetap tempat tinggalnya dan kemudian berpindah lagi kempat yang lain dengan meninggalkan kerusakan yang parah pada tempat yang awal mereka diami. Begitu seterusnya dengan kebiasan yang secara turun temurun merusak laut yang berimbas pada krisis yang dialami generasi mudah suku bajo untuk menggantungkan hidupnya pada laut semata mau tidak mau memaksa mereka juga untuk berbuat yang serupa.

Kebiasaan yang mendarah daging pada masyarakat suku bajo saat ini masih kita dapatkan, namun secara kuantitas sudah mengalami penurunan. Kata lain sudah ada pergeseran nilai budaya yang di miliki oleh mereka, kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sebagai instrument keberlanjutan hidup mereka sudah mulai tertanam dalam masyarkat suku bajo. Hal ini tidak terlepas dari hadirnya media komunitas di tengah-tengah masyarakat suko bajo yang memberikan banyak memberikan informasi tentang pentingya menjaga keberlangsungan sumber daya alam. Kehadiran media komunitas pada masyarakat bajo banyak membawa banyak  perubahan bagi masyarakan bajo khususnya di daerah-daerah yang jangkauan tersebut.

Salah satu contoh daerah yang menjadi pemukiman masyarakat bajo yang telah menjadi basis bagi media komunitas adalah pulau saponda. Pada tahun 2005 media komunitas (radio komunitas) mulai masuk di daerah ini. Masyarakat di berikan pendidikan keterampilan untuk bisa mengelola sendiri media komunitas yang ada di tempat mereka, kemudian melalui media komunitas kampanye pelestarian lingkungan dan pendidikan menjadi isu utama dalam proram siaranya. Selama kurang lebih 5 tahun, banyak hal fositif yang bisa di lihat sebagai bentuk perubahan kearah yang menunjukan kemajuan kearah yang lebih baik. Program pelestarian lingkungan menjadi agenda penting bagi masyarakat saponda,  pembentukan kelompok pelesterian kelola laut (KKL) dengan program mengadakan penanaman kembali eral terumbu karang yang mengalami kerusakan dan menjaga wilaya-wilayah yang di lindungi keberedaanya dari pengrusakan. Hal tersebut terus di lakukn bersama pemeritah desa dan masyarakatsampai pada lahir Peraturan Desa tentang pelestarian sumber daya alam laut yang di rumuskan dan di sepakati bersama-sama masyarakat.

Peran media sangatlah besar dalam pencapaian keberhasilan di atas, media komunitas yang di kelola oleh mayoraits generasi muda ini adalah bagian terpenting dalam perumusan dari beberapa aturan dalam pelesterian semberdaya alam yang ada. Selama 5 tahun media komunitas eksis mendampingi, menberikan pengetahuan bagi masyarakat suku bajo dalam melakukan perubahan dalam komunitas mereka.Disisi lain hadirya media komunitas memberikan dampak perbaikan pada struktus pemerintahan yang ada pada komunitas bajo, media komunitas kino menjadi control dari kebijakan yang di ambil begi pemerintahan desa yang ada pada komunitas bajo yang ada. Madia komunitas tidak segan-segan mengangkat hal-hal yang menyimpang dari apa yang di lakukan oleh pemerintah yang ada pada komunitas mereka, kemudian mempublikasi pada komunitas mereka. Tidak hanya itu, media komunitas mengpublikas semua yang di lihat ke luar komunitas. Jaringan yang di bangun media komunitas tidak hanya dalam skala lokal, topi juga skala nasional. Salah satu jaringan media komunitas yang ada adalah Suara Komunitas. Jaringan ini adalah jaringan yang menghubungkan semua radio komunitas yang ada di indonesia. Melalui milis suara komunitas, media komunitas masyarakat bajo mengangkat budaa mereka untuk di kenal oleh komunitas lain yang ada di negeri ini. Saat ini aktifitas masyaraka bajo yang merusak lingkungan sudah jarang kita dapatkan, kebanyakan masyarakat telah beralih aktifitas dari membom dan membius ikan ke mata pencaharian alternative yang lebih ramah lingkungan, yakni menanam rumput laut.


2. Pengaruh media komunitas terhadap pendidikan masyarakat bajo

Pada umumnya masyarakat bajo rata-rata berdomisili di daerah-daerah pesisir yang sangat terpencil dan  jauh dari jangkauan media sehingga secara garis besar mereka sangat awam terhadap perkembangan media yang begitu pesat yang diiringi dengan teknologi yang semakin canggih. Karena kebanyakan dari suku bajo sendiri banyak yang menggantungkan kehidupanya semata-mata pada hasil laut, masyarakat bajo sendiri seakan tidak perduli dengan perkembangan media dan teknologi yang beredar di dalam masyarakat luas. Jangankan perkembangan media yang begitu pesat masalah pendidikan pun mereka kesampingkan. Bagi mereka sekolah itu bikin habis waktu mendingan mereka turun di laut mencari dan kemudian hasil dari laut itu mereka jual yang kemudian dapat menghasilkan uang. Maka dari itu tidak sedikit dari mereka yang tidak menamatkan pendidikanya sekolah dasar, SMP, dan SMA, bahkan sebagian  dari masyarakat bajo yang buta aksara. Fenomena ini terjadi secara turun temurun dan mereka mengganggap hal biasa dan tidak berpengaru pada lingkungannya, karena mereka beranggapan tanpa berusaha dalam hal ini turun ke laut mereka tidak bisa makan. Dan sebenarnya juga orang bajo juga mempunyai jiwa pekerja keras dan pantang menyerah pada keadaan.

Keterbelakangan yang terjadi pada masyarakat bajo mengharuskan beberapa generasi kini masyarakat bajo berupaya melakukan sebuah perubahan dalam komunitas mereka. Upaya ini dilakukan oleh kaum-kaum terpelajar yang berfikir butuh adanya sebuah perubahan dalam komunitas mereka. Disamping itu faktor eksternal juga turut berperan dalam upaya perubahan paradigma berfikir generasi kini masyarakat bajo dalam melakukan inovasi dalam komunitasnya. perubahan drastis dapat di lihat dari jumlah generasi muda bajo kecamatan soropia yang melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan pada tahun 2006 hanya berjmlah 6 orang, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 40 orang.hal ini menunjukan pengaruh yang cukup besar terhadap pola fikir masyarakat bajo tentang pendidikan.



Seperti yang dipaparkan diatas tadi tentang gambaran kehidupan masyarakat suku bajo pada masa dulu yang tidak menetap dan cenderung membuat kerusakan, tradisi ini  telah mendara daging dan sulit untuk di rubah. Maka pada masyarakat suku bajo masa kini mengalami pergeseran pola pikir yang positif terhadap kepekaan mereka terhadap lingkungan sekitar mereka. Kearifan lokal yang dijalankan oleh nenek moyang mereka mulai sedikit demi sedikit mulai pupus, dari kebiasaan merambah laut, hidup berpindah-pindah mulai bangkit dengan kesadaran mereka melestarikan laut dan menetap pada satu wilayah. Berangkat dari kesadaran ini tidak lepas dari peranan media komunitas yang mulai masuk di tengah-tengah masyarakat bajo dan generasi muda mulai menjajaki dunia pendidikan. Melalui media komunnitas masyarakat bajo diberikan pemahaman yang mendasar tentang penting menjaga kelestarian lingkungan dan pentingnya pendidikan. Pada pelestarian lingkungan media komunitas memberikan fasilitas kepada masyarakat bajo dalam hal ini mengadakan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan pelestarian laut, penanaman kembali terumbu karang, pemboman dan pembiusan tidak lagi  dilakukan. Dan hal ini sangat berdammpak positif bagi masyarakat bajo itu sendiri mengingat bahwa generasi mendatang adalah penerus dari pada segala bentuk pelesratian laut yang bersahabat dengan mereka.

Kasadaran lahir tumbuh dari beberapa pengelola yang merasa bahwa pentingya mengetahui perkembangan teknologi, dan utuk mengetahi teknologi melalui bengku sekolah. Dari landasan itu, para pengelola mediao komunitas ini mengkampanyekan pentinya pendidikan untuk meniti hidup yang lebih baik. Dari penyadaran yang dilakukan melalui media komunitas, banyak membawa kemajuan bagi generasi muda masyarakat bajo. Dalam tiga tahun tarakhir ini genarasi muda masyarakat bajo berlomba-lomba mendaftarkan diri untuk bersekolah baik itu SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Hal ini menunjukan sebuah kemajuan yang menggembirakan bagi masyarakat bajo. Kemajuan yang di alami masyarakat bajo dapat di lahat dalam peran mereka dalam kagiatan-kegiatan media yang  lebih besar, salah satu contonya adalah adanya penyiaran bahasa bajo di RRI Kendari yang di siarkan setiap hari Selasa malam. Semua ini bisa terjadi karena kemampuan sumberdaya manusia generasi muda masyarakat suku bajo yang semakin meningkat. Semua ini  berawal dari media komunitas yang intens memberikan pendidikan kepada masyarakat suku bajo.

Workshop RAKOM

lokasi : Desa Mekar Kec.Soropia Kab.Konawe (Sultra)

JRK SULTRA

Jaringan Radio Komunitas Sulwesi Tenggara (JRK SULTRA), adalah merupakan lembaga sosial yang bergerak dalam bidang Radio Komunitas yang dikelolah oleh masyarakat akar rumput dan mendampingi setiap Radio Komunitas yang ada di Sulawesi Tenggara untuk menyuarahkan kebutuhan masyarakat akar rumput yang tidak tersuarakan.

JRK sultra

BTricks

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger