01.52
Jaringan Radio Komunitas Sulawesi Tenggara
KALEDUPA - Tak ada lagi hamparan kebun bawang menghijau terbentang di bukit Watiro ntiro Desa Pajam Kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi.
Pajam adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Kaledupa Selatan yang terkenal dengan pertanian bawangnya. Sudah berpuluh tahun masyarakat desa ini menjadi petani bawang dan menyuplai kebutuhan bawang untuk pulau Kaledupa bahkan tidak jarang hingga pulau lain di Wakatobi.
Namun sudah tiga tahun terakhir ini petani bawang di Desa Pajam tidak menanam bawang lagi, bahkan untuk kebutuhan rumah tangganyapun mereka harus membeli dengan harga Rp. 30.000/ liternya. Padahal ketika mereka masih menanam bawang harganya hanya berkisar antara Rp. 8.000 hingga Rp. 10.000/ liter.
Serangan hama penyakit yang menyerang tanaman bawang para petani dari tiga tahun lalu telah mematikan usaha mereka. Betapa tidak hanya dalam waktu tiga hari hama itu mampu menghancurkan keseluruhan tanaman bawang.
Jaharudin (35 Thn) salah seorang petani bawang menyatakan bahwa serangan hama ini mulai nampak ketika tanaman bawang sudah berumur antara 40-45 hari, setelah usai di beri pupuk untuk kedua kalinya. Bawang yang terserang sangat mudah dapat di kenali dengan melihat daunnya yang layu dan batangnya Kaku. Dalam waktu 2-3 hari tanaman bawang akan tampak seperti terbakar, akibatnya isinya membusuk.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh petani, diantaranya adalah melaporkan kejadian ini kepada pemerintah desa dan instansi terkait, sayangnya hingga saat ini belum ada tanggapan dari mereka. Selain itu juga para petani membiarkan tanah bekas lahan pertanian mereka untuk di hutankann dengan tujuan untuk mengembalikan kesuburannya selama 2 tahun (4 musim tanam) akan tetapi setelah di tanami hasilnya tetap sama. Adapula yang berusaha dengan membuka lahan baru.
Keiginan untuk tetap bertani bawang masih sangat besar, namun ada keraguan jangan sampai hasilnya akan sama. Ketersediaan bibitpun menjadi kendala karena harga bawang yang tinggi dan kualitasnya yang di ketahui petani.
Untuk menutupi kebutuhan hidupnya ibu-ibu petani bawang di Pajam beralih profesi sebagai pengrajin tenun. Meski pada awalnya tenun hanyalah pekerjaan sambilan, kini mereka menjadikannya sebagai profesi utama. Lahan yang dulunya di tanami bawangpun kini di tanami umbi-umbian seperti kano, ubi kayu dan ubi jalar.KALEDUPA - Tak ada lagi hamparan kebun bawang menghijau terbentang di bukit Watiro ntiro Desa Pajam Kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi.
Pajam adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Kaledupa Selatan yang terkenal dengan pertanian bawangnya. Sudah berpuluh tahun masyarakat desa ini menjadi petani bawang dan menyuplai kebutuhan bawang untuk pulau Kaledupa bahkan tidak jarang hingga pulau lain di Wakatobi.
Namun sudah tiga tahun terakhir ini petani bawang di Desa Pajam tidak menanam bawang lagi, bahkan untuk kebutuhan rumah tangganyapun mereka harus membeli dengan harga Rp. 30.000/ liternya. Padahal ketika mereka masih menanam bawang harganya hanya berkisar antara Rp. 8.000 hingga Rp. 10.000/ liter.
Serangan hama penyakit yang menyerang tanaman bawang para petani dari tiga tahun lalu telah mematikan usaha mereka. Betapa tidak hanya dalam waktu tiga hari hama itu mampu menghancurkan keseluruhan tanaman bawang.
Jaharudin (35 Thn) salah seorang petani bawang menyatakan bahwa serangan hama ini mulai nampak ketika tanaman bawang sudah berumur antara 40-45 hari, setelah usai di beri pupuk untuk kedua kalinya. Bawang yang terserang sangat mudah dapat di kenali dengan melihat daunnya yang layu dan batangnya Kaku. Dalam waktu 2-3 hari tanaman bawang akan tampak seperti terbakar, akibatnya isinya membusuk.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh petani, diantaranya adalah melaporkan kejadian ini kepada pemerintah desa dan instansi terkait, sayangnya hingga saat ini belum ada tanggapan dari mereka. Selain itu juga para petani membiarkan tanah bekas lahan pertanian mereka untuk di hutankann dengan tujuan untuk mengembalikan kesuburannya selama 2 tahun (4 musim tanam) akan tetapi setelah di tanami hasilnya tetap sama. Adapula yang berusaha dengan membuka lahan baru.
Keiginan untuk tetap bertani bawang masih sangat besar, namun ada keraguan jangan sampai hasilnya akan sama. Ketersediaan bibitpun menjadi kendala karena harga bawang yang tinggi dan kualitasnya yang di ketahui petani.
Untuk menutupi kebutuhan hidupnya ibu-ibu petani bawang di Pajam beralih profesi sebagai pengrajin tenun. Meski pada awalnya tenun hanyalah pekerjaan sambilan, kini mereka menjadikannya sebagai profesi utama. Lahan yang dulunya di tanami bawangpun kini di tanami umbi-umbian seperti kano, ubi kayu dan ubi jalar. (Vatallolo Fm)