Recent Posts

Senin, 14 Maret 2011

WEB DALAM PERBAIKAN !!

Selasa, 08 Maret 2011

Refleksi Hari Perempuan Se Dunia

KENDARI -  Wiayah Sulawesi Tenggara (SULTRA) indikator dari masih terpinggirannya peran dan posisi perempuan dapat dimoskropis dari hasil diagnosis permasalahan-permasalahan perempuan pada ruang dan wilayah, ekonomi, sosial budaya, politik, kesehatan, dan kekerasan. Momentum Hari Perempuan Internasional Senin (08/03/2011) menjadi spirit refleksi dan perspektif pergerakan bersama baik pada level legislatif, eksekutif maupun organisasi masyarakat sipil dalam mengatasi persoalan-persoalan tersebut.
Sehubungan dengan hari peringatan perempuan internasional tersebut, maka lembaga-lembaga peduli perempuan mengadakan kegiatan diskusi-diskusi refleksi pergerakan perempuan di Sultra dengan mengambil tema “ Memperkuat Gerakan Perempuan dalam Merespon Persoalan yang dialami oleh Perempuan di Sulawesi Tenggara".

Keberadaan perempuan juga masih terpinggirkan didalam lembaga-lembaga produk proses politik, kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Seperti yang diutarakan Ibu Dewi perwakilan dari Ibu PKK “saya berharap posiandu mendapat intensif terhadap anak-anak yang kekurangan gizi” ujarnya. Ibu Emi juga mengatakan bahwa “ada dana dari BOK di puskesmas untuk mengatasi masalah-masalah di puskesmas, karena 2,6 juta% angka data perempuan meninggal melahirkan akibat dari kurangnya ekonomi di masyarakat” ungkapnya.

Dari hal itu, lembaga-lembaga atau organisasi-organisasi keperempuanan membuat program gratis siaga kesehatan buat semua ibu melahirkan, tetapi mempunyai batas-batas tertentu seperti, membatasi jumlah anak yang dilahirkan. Dan dari Dinas Kesehatan juga adalah penerima anggaran kelima terbesar menncapai 6,8%. Dalam kegiatan tersebut mereka membuat isu-isu dan rekomendasi tentang : perempuan dan linkungan, buruh migran perempuan, kesehatan, politik, ekonomi dan perempuan, dan sebagainya. (Yusmawati Tridharma FM)

Senin, 07 Maret 2011

Demo Perkebunan Kelapa Sawit

WIWIRANO - Menyikapi dari kesenjangan hubungan antara perusahaan perkebunan PT. Damai Jaya Lestari (DJL) dan Masyarakat petani plasma Kecamatan Wiwirano Kabupaten Konawe Utara (KONUT)Sulawesi Tenggara (SULTRA). Selama ini telah terjadi kesalahaan besar yakni  ketidak jelasan kepemilkan tanah serta luasan tanah yang menjadi lahan perkebunan Kelapa sawit PT DJL sejak tahun 2005 awal. Ketidak jelasan ini mengundang Reaksi Ratusan masyarakat yang tergabung dalam "Forum Petani Plasma Bersatu (FP2B)" dalam bentuk demonstrasi yang di laksanakan pada hari Selasa (1/3/2011) di Kantor PT DJL. Kecamatan Wiwirano Kabupaten Konawe Utara. 
Akri demnstrasi ini di lakukan untuk menindak lanjuti kesepakatan Musyawarah antara PT DJL, Tokoh Manyarakat, Pemerintah Desa, Masyarakat Pemilik Lahan di Aula Kecamatan Wiwirano Pada  (14/2/2011). Dalam Musyawarah ini melahirkan beberapa kesepakatan :
1. Pihak perusahaan perkebunan PT. DJL harus membuka forum dengan menghadirkan elemen terkait dalam hal ini BPN, Dinas perkebunan Kab. KONUT, tripika kecamatan, pemerintah desa dan masyarakat pemilik lahan/tanah, guna membicarakan nota kesepahaman atau MoU. Dengan dead line waktu di berikan selama 2 minggu terhitung sejak tanggal 14 Februari 2011 s/d tanggal 28 Februari 2011.
2. Apabila pihak perusahaan perkebunan PT. DJL tidak mematuhi/memenuhi permintaan kesepakatan yang tertuang di poin pertama (1) di atas, maka perusaan bersedia untuk di berhentikan sementara segala aktifitasnya baik secara Administrasi maupun kegiatan lapangan hingga terjadinya atau adanya Nota Kesepahaman atau MoU antara perusahaan perkebunan PT. DJL dan masyarakat pemilik lahan/tanah.

Aksi yang di lakukan masyarakat di mulai dari Bundaran Kelurahan Wiwirano kemudian menuju Kantor DJL. Dalam Aksi Demonstrasi ini Masyarakat menuntut PT.
1. DJL untuk sacara sadar memberhentikan sementara segala aktifitasnya baik secara Administrasi maupun kegiatan lapangan di Kec. Wiwirano, hingga terwujudnya sebuah Nota kesepahaman atau MoU.
2. PT. DJL segera mengadakan pertemuan guna membahas subuah Nota Kesepahaman atau MoU
3. PT. DJL tetap komitmen dengan hasil kesepakatan mengenai pengukuran ulang atau rekonstruksi ulang ketidak jelasan surat kepemilikan tanah (SKT) dan luasan tanah di masing-masing Desa se-kecamatan Wiwirano.
4. PT. DJL tetap menjujung tinggi Undang-undang ketengakerjaan mengenai jam kerja buruh tani.

Aksi ini berlangsung tertib dan damai, masyarakat akan melaksanakan aksi lanjutan dengan masa yang lebih besar apabla tuntutan meraka tidak dilaksanakan oleh PT DJL. (Ibe JRK Sultra)

Senin, 28 Februari 2011

Abrasi Pantai Sombano

KALEDUPA - Penebangan pasir pantai Sombano makin luas, hingga di beberapa titik yang tertinggal hanyalah bebatuan. Kondisi sumber daya alam di desa Sombano kecamatan Kaledupa Kabupaten Wakatobi yang semakin kritis mendorong beberapa warganya membentuk kelompok peduli lingkungan One Moolu.
Hal ini di uraikan oleh Kamil Ketua kelompok One Moolu."sombano merupakan desa yang kaya akan sumber daya alam,sayangnya sikap individualisme dan kurang pedulinya masyarakat membuat kondisisumber daya alam itu makin terancam. Oleh sebab itulah kami membentuk kelompok Peduli Lingkungan ini" tuturnya.

Kelompok yang di bentuk pada tanggal 10 juli 2010 ini bertujuan untuk mendorong terwujudnya pengelolaan sumber daya alam secara bersama di desa Sombano. Dalam rangka mencapai tujuannya, Kelompok One Moolu telah melakukan berbagai kegiatan seperti: penanaman pohon Bakau dan Bintagor di sekitar pantai Sombano, pemasangan tanda pelarangan untuk mengambil pasir dan penebangan bakau, juga pembuatan bendungan serta pembersihan pantai.

Pertemuan rutin dilakukan tiga kali setiap bulannya. Hal ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan mereka, berbagi informasi sesama anggota serta merencanakan kegiatan kelompok berikutnya. Setiap bulan mereka menargetkan harus ada aksi nyata yang dilakukan dilapangan.

Meski hanya bermodal patungan tetapi kelompok ini tetap bersemangat untuk memelihara dan menjaga sumber daya alam desanya. Mereka secara bergantian menjadi tuan rumah untuk pertemuan kelompok. Dengan cara inilah mereka menggugah kepedulian masyarakat lainnya untuk peduli pada kelestarian sumber daya alam. Jika pada awalnya hanya 16 orang yang bergabung maka saat ini sudah 21 orang.

Beberapa kegiatan yang menjadi agenda kelompok One Moolu kedepan antara lain, melakukan penanaman pohon di sekeliling bendungan dan koordinasi dengan pemerintah desa untuk mendorong terbitnya peraturan desa tentang Pelarangan pengambilan pasir dan penebangan bakau di desa Sombano.

Salah seorang anggota kelompok One Moolu, Roman berharap peraturan desa ini segera terbit karena selain penting bagi masyarakat juga akan menjadi dasar yang kuat bagi kegiatan-kegiatan mereka, "akan lebih efektif tanda pelarangan yang kita pasang jika di dukung dengan peraturan desa (perdes) katanya. (Vatallolo Fm) 

Taman Bawang Merah Pajam

KALEDUPA - Tak ada lagi hamparan kebun bawang menghijau terbentang di bukit Watiro ntiro Desa Pajam Kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi.


Pajam adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Kaledupa Selatan yang terkenal dengan pertanian bawangnya. Sudah berpuluh tahun masyarakat desa ini menjadi petani bawang dan menyuplai kebutuhan bawang untuk pulau Kaledupa bahkan tidak jarang hingga pulau lain di Wakatobi.


Namun sudah tiga tahun terakhir ini petani bawang di Desa Pajam tidak menanam bawang lagi, bahkan untuk kebutuhan rumah tangganyapun mereka harus membeli dengan harga Rp. 30.000/ liternya. Padahal ketika mereka masih menanam bawang harganya hanya berkisar antara Rp. 8.000 hingga Rp. 10.000/ liter.


Serangan hama penyakit yang menyerang tanaman bawang para petani dari tiga tahun lalu telah mematikan usaha mereka. Betapa tidak hanya dalam waktu tiga hari hama itu mampu menghancurkan keseluruhan tanaman bawang.


Jaharudin (35 Thn) salah seorang petani bawang menyatakan bahwa serangan hama ini mulai nampak ketika tanaman bawang sudah berumur antara 40-45 hari, setelah usai di beri pupuk untuk kedua kalinya. Bawang yang terserang sangat mudah dapat di kenali dengan melihat daunnya yang layu dan batangnya Kaku. Dalam waktu 2-3 hari tanaman bawang akan tampak seperti terbakar, akibatnya isinya membusuk.


Berbagai upaya telah dilakukan oleh petani, diantaranya adalah melaporkan kejadian ini kepada pemerintah desa dan instansi terkait, sayangnya hingga saat ini belum ada tanggapan dari mereka. Selain itu juga para petani membiarkan tanah bekas lahan pertanian mereka untuk di hutankann dengan tujuan untuk mengembalikan kesuburannya selama 2 tahun (4 musim tanam) akan tetapi setelah di tanami hasilnya tetap sama. Adapula yang berusaha dengan membuka lahan baru.


Keiginan untuk tetap bertani bawang masih sangat besar, namun ada keraguan jangan sampai hasilnya akan sama. Ketersediaan bibitpun menjadi kendala karena harga bawang yang tinggi dan kualitasnya yang di ketahui petani.


Untuk menutupi kebutuhan hidupnya ibu-ibu petani bawang di Pajam beralih profesi sebagai pengrajin tenun. Meski pada awalnya tenun hanyalah pekerjaan sambilan, kini mereka menjadikannya sebagai profesi utama. Lahan yang dulunya di tanami bawangpun kini di tanami umbi-umbian seperti kano, ubi kayu dan ubi jalar.KALEDUPA - Tak ada lagi hamparan kebun bawang menghijau terbentang di bukit Watiro ntiro Desa Pajam Kecamatan Kaledupa Selatan Kabupaten Wakatobi.


Pajam adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Kaledupa Selatan yang terkenal dengan pertanian bawangnya. Sudah berpuluh tahun masyarakat desa ini menjadi petani bawang dan menyuplai kebutuhan bawang untuk pulau Kaledupa bahkan tidak jarang hingga pulau lain di Wakatobi.


Namun sudah tiga tahun terakhir ini petani bawang di Desa Pajam tidak menanam bawang lagi, bahkan untuk kebutuhan rumah tangganyapun mereka harus membeli dengan harga Rp. 30.000/ liternya. Padahal ketika mereka masih menanam bawang harganya hanya berkisar antara Rp. 8.000 hingga Rp. 10.000/ liter.


Serangan hama penyakit yang menyerang tanaman bawang para petani dari tiga tahun lalu telah mematikan usaha mereka. Betapa tidak hanya dalam waktu tiga hari hama itu mampu menghancurkan keseluruhan tanaman bawang.


Jaharudin (35 Thn) salah seorang petani bawang menyatakan bahwa serangan hama ini mulai nampak ketika tanaman bawang sudah berumur antara 40-45 hari, setelah usai di beri pupuk untuk kedua kalinya. Bawang yang terserang sangat mudah dapat di kenali dengan melihat daunnya yang layu dan batangnya Kaku. Dalam waktu 2-3 hari tanaman bawang akan tampak seperti terbakar, akibatnya isinya membusuk.


Berbagai upaya telah dilakukan oleh petani, diantaranya adalah melaporkan kejadian ini kepada pemerintah desa dan instansi terkait, sayangnya hingga saat ini belum ada tanggapan dari mereka. Selain itu juga para petani membiarkan tanah bekas lahan pertanian mereka untuk di hutankann dengan tujuan untuk mengembalikan kesuburannya selama 2 tahun (4 musim tanam) akan tetapi setelah di tanami hasilnya tetap sama. Adapula yang berusaha dengan membuka lahan baru.


Keiginan untuk tetap bertani bawang masih sangat besar, namun ada keraguan jangan sampai hasilnya akan sama. Ketersediaan bibitpun menjadi kendala karena harga bawang yang tinggi dan kualitasnya yang di ketahui petani.

Untuk menutupi kebutuhan hidupnya ibu-ibu petani bawang di Pajam beralih profesi sebagai pengrajin tenun. Meski pada awalnya tenun hanyalah pekerjaan sambilan, kini mereka menjadikannya sebagai profesi utama. Lahan yang dulunya di tanami bawangpun kini di tanami umbi-umbian seperti kano, ubi kayu dan ubi jalar. (Vatallolo Fm)

Hujan Es Kejutkan Warga Mekar

MEKAR - Sebuah Fenomena Alam Hujan Es mengejutkan Masyarakat Desa Mekar Kecamatan Soropia  Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara pada Minggu malam  (27/02/2011). Penomena alam ini terjadi sekitar pukul 20:15 Wita.
Awal mula peristiwa alam ini bermula mendung hitam yang disertai dengan petir dan kilat menghiasi langit sekitaran Desa Mekar, setelah itu turun hujan deras yang disertai dengan angin kencang. Hujan Es diketahui oleh warga setelah keluar rumah dan menemukan butiran es di halaman rumah mereka masing-masing. Menurut Emi seorang warga mekar menuturkan dia menemukan beberapa butiran es yang jatuh bersamaan dengan hujan deras yang turun.

Fenomena hujan es ini tak urung membuat panic warga mekar karena baru pertama kali terjadi sepanjang mereka bermukim di daerah perkampungan Bajo ini. (Rosmin Pst Fm)

Berburu Bintang Laut Berduri Bersama Dewara

KALEDUPA - Paa' olo begitulah masyarakat desa Darawa menyebutnya. Binatang ini berduri dan beracun. Bintang laut ini sangat membuat kawatir nelaya, Karena pertumbuhan dari bintang laut ini sangat cepat, selain dari bertelur juga Bagian- bagian yang terkecil dari tubuhnyapun akan hidup satu bintang laut yang utuh.
Oleh Sebab itu pada tanggal 22 januari 2011 anggota kelompok Dewara dan Forkani mengangkat bintang laut berduri dari laut di sekitar desa Darawa. Lebih dari seratus ekor bintang lautyang diangkat untuk dibawa ke darat. Hal ini dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan bintang laut.

Jumani, ketua kelompok Dewara mengatakan kegiatan mengangkat bintang laut ini bukanlah hal yang pertama, karena meski dilakukan sendiri-sendiri anggota kelompok melakukannya sebagai bagian dari agenda bersama untuk melakukan pengawasan terhadap sumber daya alam mereka. Kegiatan ini bertujuan agar nelayan terhindar dari racun bintang laut berduri. Nelayan gurita juga dapat mencari gurita tanpa rasa was-was.Selain itu pembasmian paa' olo ini adalah untuk menjaga kelestarian terumbu karang karena binatang ini terkenal juga sebagai pemangsa karang.
Kegiatan yang berkaitan dengan perlindunganterhadap sumber daya alam ini telah lama dilakukan oleh kelompok ini sejak dulu.
Mereka telah sepakat untuk memerikasa semua alat tangkap yang digunakan oleh nelayan yang datang dari luar desa Darawa. Bahkan sudah beberapa kali mereka menangkap nelayan luar yang menggunakan alat tangkap yang tidak di perbolehkan. Selanjutnya mereka serahkan ke pihak yang berwajib. Sayangnya kegiatan ini belum sepenuhnya mendapat dukungan dari masyarakat diluar kelompok, karena itulah Jumani berharap masyarakat yang bukan anggota kelompokpun mau terlibat dalam pengawasan sumber daya alam demi kelangsungan hidup masyarakat Darawa.(Vatallolo Fm)

Senin, 14 Februari 2011

Musyawarah Besar I (Mubes) JRK Sultra

MEKAR - Jaringan Radio Komunitas Sulawsi Tenggara (JRK Sultra) di dirikan pada Tanggal 30 Oktober 2007. Pada usianya memasuki tahun ke Empat, JRK Sultra Melaksanakan Musyawarah Besar I (MUBES I) dengan Tema "Menciptakan Profesionalisma dalam Melahirkan Kemandirian Radio Komunitas untuk Memenuhi Kebutuhan Informasi Komunitas". Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Minggu-Senin (13-14/02/2011) di Desa Mekar Kec. Soropia Kab. Konawe Sulawesi Tenggara. Sekitar Pukul 09.30 Wita, kegiatan Musyawarah di mulai dengan acara pembukaan. Kegiatan ini di buka oleh Sinam M. Sutarno Perwakiln dari Jaringan Radio Komunitas Indonesia (JRKI). Setelah acara pembukaan kemudian di lanjut dengan agenda MUBES, yakni sidan pleno I yang di pimpin oleh Sterring Comite. Setelah sidang pleno I selesai stering komite menetapkan presidium sidang yaitu Dasmin, Hamsah, dan Yusmawati untuk memimpin sidang pleno II dan III. setelah penyerahan palu sidan dari Sterring Comitte kepada Presidum Sidan, Sidang di Scorsing dari pukul 12.00 - 13.30 wita untuk ISOMA. setelah itu sidang di lanjutkan pada Pleno II sampai Pleno III.

Sebelum masuk pada pleno II, pembacaan LPJ pengurus JRK Sultra periode sebelumya oleh Ibrahim sebagai ketua JRK Sultra mandataris dan secara keselurahan LPJ JRK Sultra diterima MUBES. Meski laporan pertanggung jawabai itu di terima, namun ada bbeberapa peserta yang memberikan respor terhadap laporan pertanggung jawaban Pengurus JRK Sultra Demisioner, terutama terkait strategi pengembangan JRK Sultra pada priode kedepan.

Setelah pembacaan LPJ JRK Sultra masuk pada pleno II membahas AD/ART JRK Sultra, mekanisme kerja organisasi, dan penerimaan anggota baru. Kemudian dilanjutkan pada sidang pleno III yaitu pemilihan Ketua JRK Sultra yang baru. Dalam Pemilihan Ketua JRK Sultra yang baru, secara Aklamasi Ibrahim SK dinyatakan sebagai Ketua JRK Sultra Periode 2011-2014. setelah itu di lanjutkan pemilihan tiga orang Dewan Pengawas. Dalam pemilihan Dewan Pengawas, terpilih 3 orang, antara lain Kasmari dari Radio Simponi Fm, Herman dari Radio Gaul Fm dan Darwin dari Radio Kantorana Fm.

Setelah terpilih ketiga orang dewan pengawas, kemudian ketiga dewan pengawas melakukan rembuk untuk memilih Koordinar Dewan Pengawas. Dari hasil rembuk di tetapkan Kasmri sebagai Koor dinator Dewan Pengawas JRK Sultra. Setelah sidan pleno dalam MUBER di tutup dengan Resmi, kemudian di lanjutkan dengan diskusi  lepas untuk membicarakan hal-hal penting terkait arah JRK Sultra. Pada malam harinya. dilanjutkan dengan diskusi penggalian Masalah-masalah yang menyangkut Radio Komunitas di sulawesi tenggara yang di fasilitasi oleh Sinam M. Sutarno

Rabu, 02 Februari 2011

Sejarah Imlek

Asal-usul perayaan Tahun Baru Cina terlalu tua dan lama untuk dikaji. Walau bagaimanapun, pendapat umum mengatakan, perkatan Cina, ‘Nian’ atau yang bermaksud ‘tahun’ dalam bahasa Melayu, adalah nama untuk raksasa yang sering mencari mangsa pada malam sebelum tahun baru bermula.


Menurut lagenda, Nian mempunyai mulut yang sangat besar, dan mampu menelan banyak manusia dengan satu gigitan. Manusia pada waktu itu sangat takut akan raksasa Nian ini. Pada satu hari, kebun buluh yang berdekatan kampung orang-orang cina terbakar. Buluh-buluh yang terbakar itu meletup dan mengeluarkan bunyi yang sangat kuat seperti mercon. Ini telah menakutkan Nian lalu ia tidak berani untuk pergi brdekatan dengan kampung itu. Orang-orang tua juga telah berpesan agar orang-orang kampung menggantungkan kertas berwarna merah di pintu-pintu dan tingkap-tingkap rumah mereka pada setiap waktu menjelangnya tahun baru, dikhuatiri Nian akan mengganas semula. Warna merah sangat ditakuti oleh Nian, dan mampu menghalau raksasa itu.


Begitulah lagenda yang dipercayai oleh masyarakat Cina. Amalan bermain mercun dan menggantung kertas merah masih diteruskan hingga hari ini, walaupun ada di antara masyarakat muda-mudi Cina tidak tahu tujuan sebenar amal tersebut dilakukan. Mereka hanya beranggapan bahawa amalan tersebut cuma akan menceriakan lagi sambutan tahun baru.
Antara sebab mengapa Tahun Baru Cina dinanti-nantikan oleh kanak-kanak ialah pemberian ‘angpau’ atau sampul merah yang berisi duit. Bagi yang belum menikah, mereka layak untuk menerima angpau.


Pemberian wang atau angpau ini adalah untuk mengucapkan selamat bagi tahun tersebut dan berharap memperolehi kekayaan dan nasib yang baik untuk tahun tersebut. Wang tersebut juga boleh digunakan untuk membayar hutang yang tertunggak.(http://deepzoom.kaskus.us)

Kamis, 20 Januari 2011

Pulau Bokori Akan Hilang , Khayalan dan Impian Yang Tersisa


BOKORI - Pulau Bokori itu ramai sekali. Penduduknya padat .di diami oleh suku Bajo.  ikan nya banyak nanti mau makan baru memancing atau pasang pukat di belakang rumah tempat tinggal . pulau nya luas , ada lapangan sepak bola di tengah Pulau dan perkuburan yang begitu luas . di tengah Pulau ada semacam kolam dengan berbagai macam ikan dan penyu yang di pelihara oleh masyarakat. Bahkan anak-anak bermain bersama penyu dengan menaiki penyu tersebut dan mereka berpegang di belakangnya dan di bawa oleh spesies yang langka tersebut ke dalam air. Di waktu-waktu tertentu anak-anak dan orang tua terkadang menjaga telur telur penyu tersebut untuk di jadikan alat bermain bahkan di konsumsi.   Untuk jalan mengitari pulau yang berbentu O tersebut sangat susah untuk di tempuh karena terlalu jauh, untuk sampai ke bagian sebelah pulau tersebut hanya dapat di tempuh dengan menggunakan perahu melalui Kallungan  (  semacam Kolam yang ada di tengah Pulau ) . jika mau menonton hanya ada beberapa TV hitam putih yang di miliki oleh warga yang mampu secara ekonomi.

Cerita di atas hanyalah merupakan gambaran dari kondisi pulau Bokori puluhan tahun yang lalu . cerita yang aku dapatkan dari kakak- kakak saya atau orang-orang tua yang merasakan bagaimana keceriaan dan kenyamanan mereka di saat masih mendiamai pulau bokori .

Aku Lahir di tahun 1986 , dari cerita orang tua ku , bahwa baru berumur empat bulan kami sudah di pindahkan dari Pulau Bokori ke Daratan mekar. Konon katanya itu merupakan pemindahan pertama yang di lakukan oleh pemerintah dengan memindahkan 10 KK . Pemerintah saat itu memberikan pemahaman kepada warga , bahwa penduduk harus di pindahkan karena Bokori akan tenggelam dan sudah sangat padat. Pemerintah juga menyampaikan bahwa pulau ini akan di jadikan tempat dan tujuan wisata. Dari pemindahan tersebut , pemerintah memberikan bantuan seng dan perumahan kepada warga yang akan pindah ke daratan.  Proses pemindahan pun berlangsung tahap demi tahap. Namun langkah yang pasti di tempuh oleh pemerintah sehingga dalam beberapa tahun Pulau Bokori hampir tidak ada lagi rumah warga .

Dalam ingatan ku , di waktu aku masih kecil bahkan saya sudah masuk Sekolah Dasar selalu banyak pengunjang yang datang ke pulau yang berpasir putih tersebut. Pulau itu ternyata di jadikan tempat pariwisata oleh pemerintah . banyak kita lihat turis asing dari manca negara maupun pengunjang lokal yang datang dari sekitar pulau tersebut. Dapat kita lihat bagaimana para tamu di jemput dengan ritual adat suku Bajo. Taria-tarian dan suara gendang yang di iringi dengan pencak silat akan tersaji dalam penyambutan tamu-tamu di pulau itu.

Masih dalam memori kecilku  , pernah juga di adakan Festival Teluk kendari , yang tahun aku tidak tahu lagi tapi mungkin sekitar tahun 1990an. Banyak sekali pementasan budaya di tunjukkan , lomba memancing ikan sori secara tradisional dengan menggunakan Saroko’ (  menggunakan layang-layang ) di perlombakan , dan banyak lagi atraksi budaya yang di pertontonkan sebagai keanekaragaman budaya bangsa sebagai penarik wisatawan lokal dan mancanegara untuk sumber pendapatan pemerintah.

Aku juga mengingat , bahwa di pulau yang pasir nya putih ini,  ada aula besar yang di jadikan sebagai tempat pertunjukan dan pertemuan . banyak fasilitas yang di bangun oleh pemerintah , tanggul batu, dermaga , bak penampungan air dan banyak lagi fasilitas yang di peruntukkan bagi para wisatawan yang akan menghilangkan kepenatan kota.  banyak pohon kelapa dengan buah yang banyak serta di antara satu pohon dengan pohon yang lain di buatkan tempat duduk yang bisa di jadikan tempat peristrahatan bagi para pengunjung . Pohon cemara yang rimbun dengan keciuan burung menambah keindahan dan panorama alam yang di berikan oleh pulau yang masuk dalam wilayah pemerintahan Kabupaten Kendari  ( sekarang Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara ) .

Namun , cerita di atas hanyalah kenangan yang sempat aku dapatkan di waktu kecilku , saat ini kondisi tersebut tidak lagi bisa kita dapatkan dan nikmati. Pulau Bokori  . Tak ada lagi bangunan SD. Kolam yang ada di tengah pulau tidak lagi kita dapatkan seperti dulu , tidak banyak lagi ikan apalagi penyu yang di pelihara dan bertelur.
Tak ada lagi dermaga dan tanggul yang di jadikan sarana untuk menurunkan pengunjung dan penahan ombak.

Kuburan yang dulu berada di hampir di tengah pulau kini telah berada sekitar lima puluh ( 50 ) meter dari pinggir pantai pulau  alias sudah berada di laut, bahkan bisa kita lihat tulang-tulang manusia dan kain kafan yang sudah muncul ke permukaan pasir.  Rindangnya pohon cemara dan banyaknya pohon kelapa yang dulu bisa kita lihat sekarang hanyalah bebarapa pohon dan sisa – sisa batang yang telah tumbang, itu semua di sebabkan oleh abrasi dan terutama oleh orang-orang yang merasa tidak memiliki tehadap pulau asal-usul dari masyarakat bajo yang ada di daratan kecamatan soropia ini.  Pasir yang putih dan batu karang sekarang tidak lagi seperti keindahan dulu yang bisa kita saksikan , yang ada hanyalah kerusakan dan pengambilan batu karang dan pasir oleh warga yang sekarang ada di daratan untuk keperluan pribadi mereka.

Mungkin , betul kata pemerintah bahwa warga di pindahkan karena pulau Bokori akan tenggelam seperti sekarang ini, tapi kenapa dulu ada wisata ?  , bangunan pemerintah untuk mengembangkan  sektor pariwisata di buat di sana ? . bahkan ada Villa Mewah di bangun sebagai tempat peristrahatan ( Alm Laode Kaimuddin ) yang notabene waktu itu adalah Gubernur Sulawesi Tenggara. . kenapa tidak di kembangkan sampai hari ini  ? padahal  dulu sudah terkenal sampai ke mancanegara dengan di tandai datangnya turis asing.

Kenapa pula warga yang ada di daratan merusak dan mengambil kayu, batu karang serta  pasir yang ada di pulau tersebut , padahal itu adalah tempat wisata dan pulau asal mereka dan kita semua.
Akankan di dalam perjalanan hidup kita , di dalam identitas tempat lahir kita tertulis Pulau Bokori , namun di tanya oleh generasi mendatang , di mana Pulau Bokori itu ? , jawab kita , dulu ada , penduduknya banyak , alamnya indah ,tempat wisata , asal-usul dari orang tua kalian  tapi sekarang sudah tenggelam, hanyalah tinggal kenangan dan nama yang tertulis di identitas kita.

Kalau itu yang terjadi , apa yang akan kita perbuat . Siapa yang bertanggung jawab atas ini semua ini ? ,Pemerintah kah ? . kalau pemerintah apakah mereka bisa melihat, Kabupaten Konawe misalnya sebagai daerah administrasi dari pulau bokori, apakah akan membiarkan kehilangan satu pulau sehingga luas wilayahnya berkurang, dan kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara dalam hal ini dinas Pariwisata, tidak adakah niat baik untuk menengok kembali pulau yang paling dekat dengan Kendari ibu kota provinsi ini. Dan kepada warga yang terlahir, hidup dan pernah bermukim di sana, tidak adakah beban moral untuk melihat kembali tempat kita lahir dan mengenal hidup dan peradaban. Apakah kita akan membiarkannya , atau kah kita bisa selamatkan sehingga tidak hanya tinggal nama dan kenangan. (Parman Bajo Bangkit)

Senin, 17 Januari 2011

Kampus Fisip Unhalu Jadi Gersang

Kendari - Kampus Hijau Bumi Tridharma semboyan yang selalu didengungkan oleh seluruh Civitas Akademika Universitas Haluoleo (Unhalu) Kendari, suatu kebanggaan  kampus tercinta Unhalu yang merupakan kampus terbesar di Bumi Anoa Sulawesi Tenggara menjadi ikon kampus hijau apabila eksistensi itu tetap dipertahankan. Dimana didalamnya ada kenyamanan tersendiri yang dirasakan oleh semua pihak secara menyeluruh baik itu dosen, staf, security, mahasiswa dan seluruh lapisan yang ada dalamnya.

Sangat memprihatinkan eksistensi ikon kampus hijau tidak bisa dipertahankan untuk Fakultas Ilmu Social dan Ilmu Politik (Fisip) Unhalu. Berbeda dengan fakultas lain yang mana tetap memelihara keberadaan pohon sebagai pelindung dari radiasi sinar matahari secara langsung atau sebagai tempat refresing, kumpul bersama, pelepas penat bagi mahasiswa kalau merasa jenuh dalam ruangan. Tetapi untuk kawasan Fisip semua pohon yang dulunya sangat rindang dengan pohon-pohon  sekarang sangat pemprihatinkan, mengapa tidak pohon pelindung yang Selama ini berdiri tegak sekarang rata dengan tanah tidak ubahnya seperti pembalakkan liar dihutan lindung.

Melihat fenomena ini tidak sedikit dari kalangan mahasiswa Fisip Unhalu mengeluh tetang kondisi kampus yang setiap harinya semakin panas. “birokrasi yang ada di fisip ini tidak konsisten dengan semboyan kampus hijau, pohon saja ditebang padahal keberadaan pohon juga sangat bermanfat sekali buat kita semua” tutur Rahmat salah satu mahasiswa Fisip. Kemudian Nining menambahkan “seharusnya kalau mau tebang pohon jangan tebang yang ada di pelataran kampus ini akan lebih bagus pohon yang di belakang sana aja yang ditebang toh tidak ada manfaatnya juga secara langsung ketimbang yang ada di sekitar  kampus ini” ungkapnya. (Ekeng KH)

RTRW Ancaman Bagi Taman Nasional Rawa Aopa Watumohae

Oleh : IBRAHIM SK
Taman Nasional Rawa Aopa Watumohae memiliki luas wilayah 105.194 ha. Secara administratif termasuk wilayah Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Bombana dan Kabupaten Kolaka, Propinsi Sulawesi Tenggara. Secara geografis Taman Nasional ini terletak antara 121(44'-122(9' BT dan 4(22' - 4( 39' LS dengan ketinggian antara 0-981 m dpl.Kawasan yang di tetapkan sebagai Taman Nasional berdasarkan SK Menteri Kehutanan No 756/kpts-II/1990. Sejak tahun 1985 s/d 1987 dengan panjang luasan 105.194 km terletak di empat wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Konawe, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Bombana.

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan pegunungan rendah, hutan bakau, hutan pantai, savana, dan hutan rawa air tawar di Sulawesi.
Dari luasan wilayah Taman Nasional Raw, memiliki potensi penyangga keberlanjutan ekosistem di sekitarnya, misalnya penyangga ketersedian air. Selama ini TN Raw merupakan penyedia kebuthan air bagi ekosistem di dalam dan sekitarnya, termasih msarakat yang bermukim di sekitas kawasan.

Kawasan ini juga menjadi habitat berbagai jenis burung, tercatat 155 jenis burung ada di dalamnya, 32 jenis diantaranya tergolong langka dan 37 jenis tergolong endemik. Burung-burung tersebut antara lain maleo (Macrocephalon maleo), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), bangau sandang lawe (Ciconia episcopus episcopus), raja udang kalung putih (Halcyon chloris chloris), kakatua putih besar (Cacatua galerita triton), elang-alap dada-merah (Accipiter rhodogaster rhodogaster), merpati hitam Sulawesi (Turacoena manadensis), dan punai emas (Caloena nicobarica), Terdapat satu jenis burung endemik di Sulawesi Tenggara yaitu kacamata Sulawesi (Zosterops consobrinorum). Burung tersebut tidak pernah terlihat selama puluhan tahun yang lalu, namun saat ini terlihat ada di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.

Jenis primata yang ada yaitu tangkasi/podi (Tarsius spectrum spectrum) dan monyet hitam (Macaca nigra nigra). Satwa langka dan dilindungi lainnya seperti anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis), anoa pegunungan (B. quarlesi), soa-soa (Hydrosaurus amboinensis), kuskus kerdil (Strigocuscus celebensis celebensis), rusa (Cervus timorensis djonga), babirusa (Babyrousa babyrussa celebensis), dan musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii).Vegetasi savana di taman nasional ini memiliki ciri khas dan keunikan, karena merupakan asosiasi antara padang rumput dengan tumbuhan agel, lontar dan bambu duri serta semak belukar, juga tumbuhan di sepanjang sungai-sungai yang mengalir di padang savana tersebut.


Dilihat dari potensi Pariwisata Kawasan ini memiliki Pulau Harapan Terletak di tengah-tengah Rawa Aopa, untuk melihat panorama alam rawa, burung air yang sedang mengintai ikan, dan bersampan.Pantai Lanowulu. Bersampan di sepanjang sungai menuju pantai, hutan bakau, berenang, dan wisata bahari.Gunung Watumohai. Pendakian dan berkemah. Di lereng gunung tersebut terdapat padang savana untuk melihat ratusan ekor rusa yang sedang merumput, burung-burung, dan satwa lainnya.

Dari keanekaragaman yang di miiliki oleh Taman Nasional Raw, kini terancam keberadaanya dengan hadirnya Rencana Tata Ruang Provinsi Sulawesi Tenggara (RTRW). Luas hutang yang menjadi usulan Tim Terpadu seluas 606.448 ha. Dari luasan ini, di dalama termasuk Kawasan Taman Nasional Raw dengan luasan total 25,541 Ha. wilayah TN Raw yang menjadi sasaran perubahan adalah padang savana  menjadi HPK seluas 22,714 Ha dan  basala menjadi APL seluas 2.827 Ha. Peruntuka perubahan Status kawasan trsebut adalah, padang Savan akan menjadi perkebunan tebu, sedangkan basala untuk peruntukan Pemukiman dan lahan garapan.apabila usulai ii terealisasi makan akan sangat berdampak pada keberlanjutan ekosistem di dalam dan sekitar Kawasan Taman Nasional.

Ketua Balai Taman Nasional Raw (Kholiq Indarto) dengan usulan perubahan status kawasan ini tidak mengetahui dan belum pernah mengusulkan adanya perubahan status kawasan Taman Nasional Raw.Pada dasarnya pihk Taman Nasional Raw tidak sepakat adanya perubahan status kawasan Taman Nasional. Ketika di komfirmasi hasil penelitian Intitut Pertnian Bandung (IPB) tentang padang savana sangat cocok untuk perkebunan tebu, "pihak Taman Nasional tidak pernah mengetahui adanya penelitian terrsebut, sesuai mekanisme yang ada, kalau akan melakukan penelitian di Kawasan Taman Nasional harus melapor ke Taman Nasional, tapi kenyataanya selama ini kami tidak pernah menerima adanya permintaan izin untuk melakukan penelitian di kawasan padang savana."

Sementara itu salah seorang Polisi Hutan (Mursidin) saat kami temui dan melakukan wawancara di kawasan padang sapana mengatakan "Sampai kapan pun  saya tidak akan sepakat apabila terjadi perubahan status kawasan savana dan saya akan tetap mempertahankan keberadaan padang savana karena fungsinya yang begitu besar.

Selasa, 11 Januari 2011

Proses Belajar Mahasiswa Stain Kendari Terhambat

BARUGA - Tanggal  4 Desember 2011 merupakan hari  sangat merugikan buat mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kendari. Mengapa tidak…? hari tersebut  para dosen dan staf  STAIN Kendari lebih mengutamakan kegiatan game yang dilaksanakan oleh Pembantu Ketua III dikampus ini.  Proses pembelajaran 30 % terhambat dan bahkan perpustakaan tutup dalam beberapa waktu hingga kegiatan  itu selesai.

Dalam pelakanaan kegiatan pembelajaran para dosen sudah tidak memperhatikan tugas yang seharusnya menjadi  tanggung jawabnya begitupun dengan para staf  kampus  Dimana  fungsi dan tanggung jawabnya  melayani para mahasiswa sudah tidak dilaksanakan lagi. Kegiatan game ini dilaksanakan pada hari Selasa, 4 Desember 2011 dan dimulai dari  kurang lebih pukul delapan dan berakhir hingga Pukul 12.00 waktu setempat.  pada waktu yang sama para mahasiswa memiliki hak untuk menuntut ilmu kepada para dosen. Tetapi,  sangat menyayangkan ialah yang seharusnya dosen  memberi materi kepada para mahasiswa sudah tidak dapat memberikan materi dan para dosen ini lebih mengutamakan game dari pada melaksanakan apa yang menjadi tugasnya.

Menurut salah satu dosen mengatakan bahwa “kegiatan ini dilaksanakan dengan maksud menyambut pelaksanaan wisuda”.  Dari pernyataan dosen diatas ada juga yang kontradiksi dengan pelaksanaan kegiatan itu. Dia mengatakan “sebenarnya para panitia itu tidak seharusnya mengadakan pada waktu perkuliahan sebab itu akan berakibat bagi Mahasiswa STAIN Kendari dalam proses belajar mengajar”  dan Dia mengatakan juga  “panitia tidak mampu mencari waktu yang baik”. Bahkan sebagian Mahasiswa STAIN Kendari mengatakan hal yang sama apa yang dikatakan oleh dosen yang kontra dengan kegiatan yang dimaksud. (Efan Forum Bumi)

Minggu, 09 Januari 2011

Air Tawar Harapan yang Tak Pernah Terwujud

SAPONDA -  Jangan berharap Anda akan mengkonsumsi air yang rasanya benar-benar tawar jika berkunjung ke Pulau Saponda, Kecamatan Soropia Kabupaten Konawe. Sulawesi Tenggara.Untuk mendapatkan air yang layak minum, penduduk setempat terpaksa harus menyeberang ke Desa Mekar yang berjarak sekitar satu jam perjalanan dengan menggunakan perahu bermotor yang disebut katinting.
Bagi mereka yang tak memiliki katinting, terpaksa memanfaatkan air hujan dan sumur galian yang rasanya payau untuk kebutuhan minum, memasak dan MCK. Hal inilah yang mendorong Pemerintah Kabupaten Konawe untuk memberikan bantuan kepada masyarakat Saponda berupa proyek penyulingan air laut menjadi air tawar melalui Dinas Pekerjaan Umum pada tahun 2005. Proyek ini diharapkan dapat membantu permasalahan air bersih yang dihadapi warga pulau yang berpenduduk sekitar 1800 jiwa ini, yang terkadang merenggut korban karena diare.

Lima tahun telah berlalu. Tapi proyek bernilai Rp.40 juta rupiah ini tak juga kunjung menunjukkan hasil. Bangunannya terbengkalai begitu saja dan kini menjadi sarang nyamuk yang meresahkan warga yang rumahnya bersebelahan dengan bangunan bercat biru itu.

Menurut Herdin, Kepala Desa Saponda Darat pemerintahnya pernah mengajukan proposal kepada pihak yang berwenang agar proyek tersebut bisa dilanjutkan lagi. Tapi sampai saat ini belum juga ada realisasinya.

“Kami telah mengajukan proposal kepada Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Bupati Konawe agar proyek ini bisa dilanjutkan lagi. Kita menunggu saja. Mudah-mudahan cepat terealisasi,” kata Herdin menutup percakapan saat ditemui di Desa Bokori Sabtu (28/8) pagi.

Mengkonsumsi air tawar tanpa harus menyebrang ke daratan yang menjadi harapan semua warga Saponda, kini hanya tinggal harapan saja. Entah kapan akan terwujud. (Rasal Pst)

Sabtu, 08 Januari 2011

Angkot Mogok Calon Penumpang Terlantar

KENDARI - Seluruh angkot yang beroperasi di Kota Kendari hari ini (16/11/2010) melakukan aksi mogok. Aksi mogok ini dilakukan para sopik angkot karena tarif angkot yang tidak menentu. Akibat dari aksi mogok ini sejumlah angkot yang beroperasi untuk jalur dalam kota kendari terlihat ramai terparkir di pinggir-pinggir jalan, bukan hanya itu para calon penumpang pun terlantar karena tidak dapat tumpangan.
Pada saat jam pulang sekolah contohnya, para siswa-siswi SMA dan SMP tarlihat memadati jalan saya untuk menunggu tumpangan, namun itu tudak di hiraukan oleh para sopir angkot. Akibat kondisi ini para siswa yang tidak memilih kendaraan pribadi terpaksa berjalan kaki agar bisa tiba di rumah masing-masing.

Kenapa sampai tidak jalan angkotnya pak..??? “mogok” jawabnya dengan hemat. Ujar seorang sopir angkot yang ikut mangkal bersama angkotnya. Sejumlah calon penumpang sangat menyesalkan aksi mogok yang dilakukan para sopir angkot ini.  “kalo memang tarifnya mau dinaikan ya disesuakan saja dengan para penumpang. Tutur Ija seorang calon penumpang yang juga ikut terlantar. (Ekeng KH)

Desing Yogizey

Kamis, 06 Januari 2011

Sultra : Pilih mana Hancur atau Indah...???

Komunitas Hijau

KENDARI - Ribuan bahkan jutaan orang di negeri ini menjadikan momentum tahun baru untuk melepaskan segala unek-unek yang ada dikepala, salah satu bentuknya yaitu berkunjung ke tempat-tempat wisata. Tak terkecuali di Sulawesi tenggara. Tempat-tempat wisata menjadi lautan manusia yang ingin melepas kepengatan hiruk pikuknya kota.

Namun, fasilitas objek wisata yang selama ini tempat melepas beban, masih sangat jauh dari kata memadai. Lihat saja berbagai objek wisata yang ada di bumi anoa  Sulawesi Tenggara ini, hampir semuanya terbengkalai tak terurus dan kumuh. Padahal jika kita mengkaji lebih jauh, pendapatan asli daerah yang dihasilkan dari sector pariwisata  sangat menjanjikan untuk menjadi PAD andalan Propinsi Sulawesi tenggara ini. Namun sayang pemikiran pemerintah Propinsi  untuk menjadikan sector pariwisata sebagai asset daerah yang sangat berharga sangat jauh dari kata iya. Bahkan pemerintah propinsi  seperti tikus dalam tanah yang menggorogoti bumi anoa dengan menghadirkan puluhan perusahaan tambang dengan alasan untuk meningkatkan PAD. Hubunganya dengan sector pariwisata apabila tambang beroperasi maka pencemaran tidak bisa terelahkan.

Praktis, cobalah kita bayangkan jika bumi anoa digempur oleh perusahaan-perusahaan tambang berkaliber internasional bagaimana wajah bumi anoa nanti? Papua contohnya sebagai daerah tambang emas dengan satu perusahaan tambang saja sudah hancur lebur bukan hanya dari segi lingkungan tetapi juga dari semua segi social kemasyarakatan, Apalagi puluhan perusahaan tambang! Yakinlah. Lima atau sepuluh tahun mendatang Sulawesi tenggara akan kacau balau. Jadi bagaimana menurut anda? (Tomy KH)

Rabu, 05 Januari 2011

PENYETORAN BERITA BULAN JANUARI ,TAHUN 2011

Pengaruh Media Komunitas Terhadap Struktur Sosial Masyarakat Bajo

Oleh :
IBRAHIM SK
Media komunitas adalah media yang di dirikan dari komunitas, oleh komunitas, untuk komunitas  (Undang-undang No 32 tahun 2002 tentang penyiaran dan Pperaturan Pemerintah No 51 tahun 2005 Tentang Penyelenggaran Penyiaran dan lembaga Penyiaran Komunitas).  Media komunitas di berntuk berorientari pada pembardayaan masyarakat yang terisolir dari informasi-informasi yang sangat di butuhkan oleh komunitas. Media komunitas dalam aktifitasnya bersipat swaday, di kolola oleh komunitas, tidak bersifat komersil. Selain itu media komunitas juga di bentuk untuk mengangkat isu-isu yang berkembang dalam komunitas tersebut. Kemerdekaan setiap warga masyarakat yang telah di jamin oleh undang-undang memotifasi berbagai komunitas untuk mendirikan media komunitas sebagai media perjuangan rakyat dalam melawan hegemoni media maentrem yang tidak pernah berpihak pada kepentingan rakyat lecil.
Media komunitas di Indonesia mulai di kenal pada tahun 2002 dengan lahirnya radio-radio komunitas di bandung dan Jogjakarta. Saat itulah perjuangan media komunitas melawan pengaruh media-media swasta yang kehilangan tujuannya. Sulawesi tenggara mulai mengenal media komunitas mulai tahun 2005, yakni dengan lahirnya beberapa radio komunitas di berbagai daerah, misalnya radio Suara marannu di pulau saponda, radio pasituang fm di desa mekar kacematan soropia, radio talombo fm di pulau tomia wakatobi, dan masih banyak lagi babarapa radio komunitas lain yang ada di berbagai dearah dalam lingkup Sulawesi tenggara.

Sampai saat ini perkembangan media komunitas telah menunjukan kemajuan yang begitu pesat, karena telah memiliki perhimpunan baik itu skala lokal maupun nasional, baik itu dalam bentuk radio komunitas, mejala/tabloid komunitas, video komunitas. Untuk daerah Sulawesi tenggara, pada tahun 2007 telah di deklarasikan Jaringan Radio Komunitas Sulawesi Tenggara (JRK Sultra) yang di dalamnya terdiri dari 14 radio komunitas dari berbagai kabupaten. Hal ini semakin membuat kekuatan media komunitas dalam menjalankan visi misinya dalam memenuhi kebutuhan informasi komunitasnya.  Perkembangan ini seiring sejalan dengan visi dan misi beberapa NGO yang ada di daerah ini pula, media komunitas di jadikan sebagai media kempenye bagi beberapa NGO untuk mengkampanyekan isu-isu pelestarian sumber daya alam ang ada di Sulawesi tenggara. Hal ini tentunya sebuah anggin segar untuk media komunitas, karena dalam kerja sama yang di jalankan dengan NGO tersebut, madia komunitas mendapatkan unpan balik baik itu yang bersifat penguatan kapasitas SDM dan kapasitas kelembagaan media komunitas itu sendiri.

Dalam perjalanan media komunitas di sulaweasi tenggara selama kurang lebih 5 tahun, telah banyak langkah yang telah dilakukan untuk memenuhi kebutuhan informasi di komunitas masing-masing. Pembinaan sumberdaya manusia bagi pengelola media komunitas adalah hal utama yang dilakukan bersama JRK Sultra. Saat ini telah di dorong program pengelolaan isu bersama bagi media komunitas se Sulawesi tenggara. Program ini bertujuan untuk menyatukan keberagaman isu dari media komunitas yang ada di sultra.

1.  Pengaruh media komunitas tarhadap perubahan struktur social masyarakat Bajo

Pada perubahan struktur sosial perubahan pola pikir, pola sikap, dan pola tindak  pada masyarakat suku bajo juga terjadi pergeseran yang mengarah ke yang lebih baik. Mulanya masyarakat suku bajo tidak memiliki tempat tinggal  yang tidak menetap sehingga mereka lebih cenderung merusak laut dengan ulah mereka sendiri seperti membom, membius dan menjarah secara tidak teratur sehingga secara lambat laun laut mengalami kerusakan parah. Namun tidak ada kesadaran secara social untuk kelestarian laut untuk masa depan anak cucu mereka. Hal ini yang menjadikan masyarakat bajo pada saat itu tidak menetap tempat tinggalnya dan kemudian berpindah lagi kempat yang lain dengan meninggalkan kerusakan yang parah pada tempat yang awal mereka diami. Begitu seterusnya dengan kebiasan yang secara turun temurun merusak laut yang berimbas pada krisis yang dialami generasi mudah suku bajo untuk menggantungkan hidupnya pada laut semata mau tidak mau memaksa mereka juga untuk berbuat yang serupa.

Kebiasaan yang mendarah daging pada masyarakat suku bajo saat ini masih kita dapatkan, namun secara kuantitas sudah mengalami penurunan. Kata lain sudah ada pergeseran nilai budaya yang di miliki oleh mereka, kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sebagai instrument keberlanjutan hidup mereka sudah mulai tertanam dalam masyarkat suku bajo. Hal ini tidak terlepas dari hadirnya media komunitas di tengah-tengah masyarakat suko bajo yang memberikan banyak memberikan informasi tentang pentingya menjaga keberlangsungan sumber daya alam. Kehadiran media komunitas pada masyarakat bajo banyak membawa banyak  perubahan bagi masyarakan bajo khususnya di daerah-daerah yang jangkauan tersebut.

Salah satu contoh daerah yang menjadi pemukiman masyarakat bajo yang telah menjadi basis bagi media komunitas adalah pulau saponda. Pada tahun 2005 media komunitas (radio komunitas) mulai masuk di daerah ini. Masyarakat di berikan pendidikan keterampilan untuk bisa mengelola sendiri media komunitas yang ada di tempat mereka, kemudian melalui media komunitas kampanye pelestarian lingkungan dan pendidikan menjadi isu utama dalam proram siaranya. Selama kurang lebih 5 tahun, banyak hal fositif yang bisa di lihat sebagai bentuk perubahan kearah yang menunjukan kemajuan kearah yang lebih baik. Program pelestarian lingkungan menjadi agenda penting bagi masyarakat saponda,  pembentukan kelompok pelesterian kelola laut (KKL) dengan program mengadakan penanaman kembali eral terumbu karang yang mengalami kerusakan dan menjaga wilaya-wilayah yang di lindungi keberedaanya dari pengrusakan. Hal tersebut terus di lakukn bersama pemeritah desa dan masyarakatsampai pada lahir Peraturan Desa tentang pelestarian sumber daya alam laut yang di rumuskan dan di sepakati bersama-sama masyarakat.

Peran media sangatlah besar dalam pencapaian keberhasilan di atas, media komunitas yang di kelola oleh mayoraits generasi muda ini adalah bagian terpenting dalam perumusan dari beberapa aturan dalam pelesterian semberdaya alam yang ada. Selama 5 tahun media komunitas eksis mendampingi, menberikan pengetahuan bagi masyarakat suku bajo dalam melakukan perubahan dalam komunitas mereka.Disisi lain hadirya media komunitas memberikan dampak perbaikan pada struktus pemerintahan yang ada pada komunitas bajo, media komunitas kino menjadi control dari kebijakan yang di ambil begi pemerintahan desa yang ada pada komunitas bajo yang ada. Madia komunitas tidak segan-segan mengangkat hal-hal yang menyimpang dari apa yang di lakukan oleh pemerintah yang ada pada komunitas mereka, kemudian mempublikasi pada komunitas mereka. Tidak hanya itu, media komunitas mengpublikas semua yang di lihat ke luar komunitas. Jaringan yang di bangun media komunitas tidak hanya dalam skala lokal, topi juga skala nasional. Salah satu jaringan media komunitas yang ada adalah Suara Komunitas. Jaringan ini adalah jaringan yang menghubungkan semua radio komunitas yang ada di indonesia. Melalui milis suara komunitas, media komunitas masyarakat bajo mengangkat budaa mereka untuk di kenal oleh komunitas lain yang ada di negeri ini. Saat ini aktifitas masyaraka bajo yang merusak lingkungan sudah jarang kita dapatkan, kebanyakan masyarakat telah beralih aktifitas dari membom dan membius ikan ke mata pencaharian alternative yang lebih ramah lingkungan, yakni menanam rumput laut.


2. Pengaruh media komunitas terhadap pendidikan masyarakat bajo

Pada umumnya masyarakat bajo rata-rata berdomisili di daerah-daerah pesisir yang sangat terpencil dan  jauh dari jangkauan media sehingga secara garis besar mereka sangat awam terhadap perkembangan media yang begitu pesat yang diiringi dengan teknologi yang semakin canggih. Karena kebanyakan dari suku bajo sendiri banyak yang menggantungkan kehidupanya semata-mata pada hasil laut, masyarakat bajo sendiri seakan tidak perduli dengan perkembangan media dan teknologi yang beredar di dalam masyarakat luas. Jangankan perkembangan media yang begitu pesat masalah pendidikan pun mereka kesampingkan. Bagi mereka sekolah itu bikin habis waktu mendingan mereka turun di laut mencari dan kemudian hasil dari laut itu mereka jual yang kemudian dapat menghasilkan uang. Maka dari itu tidak sedikit dari mereka yang tidak menamatkan pendidikanya sekolah dasar, SMP, dan SMA, bahkan sebagian  dari masyarakat bajo yang buta aksara. Fenomena ini terjadi secara turun temurun dan mereka mengganggap hal biasa dan tidak berpengaru pada lingkungannya, karena mereka beranggapan tanpa berusaha dalam hal ini turun ke laut mereka tidak bisa makan. Dan sebenarnya juga orang bajo juga mempunyai jiwa pekerja keras dan pantang menyerah pada keadaan.

Keterbelakangan yang terjadi pada masyarakat bajo mengharuskan beberapa generasi kini masyarakat bajo berupaya melakukan sebuah perubahan dalam komunitas mereka. Upaya ini dilakukan oleh kaum-kaum terpelajar yang berfikir butuh adanya sebuah perubahan dalam komunitas mereka. Disamping itu faktor eksternal juga turut berperan dalam upaya perubahan paradigma berfikir generasi kini masyarakat bajo dalam melakukan inovasi dalam komunitasnya. perubahan drastis dapat di lihat dari jumlah generasi muda bajo kecamatan soropia yang melanjutkan pendidikan di bangku perkuliahan pada tahun 2006 hanya berjmlah 6 orang, dan pada tahun 2010 meningkat menjadi 40 orang.hal ini menunjukan pengaruh yang cukup besar terhadap pola fikir masyarakat bajo tentang pendidikan.



Seperti yang dipaparkan diatas tadi tentang gambaran kehidupan masyarakat suku bajo pada masa dulu yang tidak menetap dan cenderung membuat kerusakan, tradisi ini  telah mendara daging dan sulit untuk di rubah. Maka pada masyarakat suku bajo masa kini mengalami pergeseran pola pikir yang positif terhadap kepekaan mereka terhadap lingkungan sekitar mereka. Kearifan lokal yang dijalankan oleh nenek moyang mereka mulai sedikit demi sedikit mulai pupus, dari kebiasaan merambah laut, hidup berpindah-pindah mulai bangkit dengan kesadaran mereka melestarikan laut dan menetap pada satu wilayah. Berangkat dari kesadaran ini tidak lepas dari peranan media komunitas yang mulai masuk di tengah-tengah masyarakat bajo dan generasi muda mulai menjajaki dunia pendidikan. Melalui media komunnitas masyarakat bajo diberikan pemahaman yang mendasar tentang penting menjaga kelestarian lingkungan dan pentingnya pendidikan. Pada pelestarian lingkungan media komunitas memberikan fasilitas kepada masyarakat bajo dalam hal ini mengadakan pelatihan-pelatihan yang berhubungan dengan pelestarian laut, penanaman kembali terumbu karang, pemboman dan pembiusan tidak lagi  dilakukan. Dan hal ini sangat berdammpak positif bagi masyarakat bajo itu sendiri mengingat bahwa generasi mendatang adalah penerus dari pada segala bentuk pelesratian laut yang bersahabat dengan mereka.

Kasadaran lahir tumbuh dari beberapa pengelola yang merasa bahwa pentingya mengetahui perkembangan teknologi, dan utuk mengetahi teknologi melalui bengku sekolah. Dari landasan itu, para pengelola mediao komunitas ini mengkampanyekan pentinya pendidikan untuk meniti hidup yang lebih baik. Dari penyadaran yang dilakukan melalui media komunitas, banyak membawa kemajuan bagi generasi muda masyarakat bajo. Dalam tiga tahun tarakhir ini genarasi muda masyarakat bajo berlomba-lomba mendaftarkan diri untuk bersekolah baik itu SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Hal ini menunjukan sebuah kemajuan yang menggembirakan bagi masyarakat bajo. Kemajuan yang di alami masyarakat bajo dapat di lahat dalam peran mereka dalam kagiatan-kegiatan media yang  lebih besar, salah satu contonya adalah adanya penyiaran bahasa bajo di RRI Kendari yang di siarkan setiap hari Selasa malam. Semua ini bisa terjadi karena kemampuan sumberdaya manusia generasi muda masyarakat suku bajo yang semakin meningkat. Semua ini  berawal dari media komunitas yang intens memberikan pendidikan kepada masyarakat suku bajo.

Workshop RAKOM

lokasi : Desa Mekar Kec.Soropia Kab.Konawe (Sultra)

JRK SULTRA

Jaringan Radio Komunitas Sulwesi Tenggara (JRK SULTRA), adalah merupakan lembaga sosial yang bergerak dalam bidang Radio Komunitas yang dikelolah oleh masyarakat akar rumput dan mendampingi setiap Radio Komunitas yang ada di Sulawesi Tenggara untuk menyuarahkan kebutuhan masyarakat akar rumput yang tidak tersuarakan.

JRK sultra

BTricks

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger